4 Aspek Dalam Mengurangi Kesalahan Pengukuran
Untuk mengetahui ukuran suatu benda entah itu panjang, lebar atau tingginya maka perlu dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur. Namun sayangnya, tidak semua pengukuran memiliki keakuratan tinggi atau dengan kata lain setiap pengukuran bisa saja memiliki kesalahan yang berbeda-beda.
Kesalahan dalam pengukuran bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah kemampuan orang yang melakukan pengkuran, alat ukur yang digunakan, teknik / metode pengukuran, jenis objek yang diukur dan ketelitian dari alat ukur. Agar kesalahan pengukuran dapat diminimalisir maka perlu mengetahui sifat-sifat dari alat ukur. Ada beberapa istilah teknis yang perlu diketahui untuk dapat mengetahui sifat-sifat alat ukur yang digunakan, yaitu ketelitaian (presisi), ketepatan (akurasi), kalibrasi alat dan kepekaan (sensitivitas).
Nah berikut ini merupakan aspek-aspek penting yang perlu diketahui dalam mengenali sifat-sifat alat ukur agar dapat mengurangi kesalahan pengukuran. Dengan kata lain cara untuk mengurangi kesalahan pengukuran
A. Ketelitian (Precision)
Ketelitian dalam pengukuran adalah suatu kemampuan dalam proses pengukuran agar bisa mendapatkan hasil yang sama dengan cara pengukuran yang sama dan dilakukan berulang-ulang. Dalam artian hasil pengukuran yang dilakukan berulang-ulang didapatkan hasil yang tidak jauh beda. Sehingga semakin dekat angka hasil pengukuran yang didapatkan maka bisa dikatakan pengukuran tersebut memiliki ketelitian.
Perlu kalian ketahui bahwa setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda, misalny saja
1. Penggaris, dengan ketelitian ½ x 1 mm = 0,5 mm
2. Jangka sorong, dengan ketelitian ½ x 0,1 mm = 0,05 mm
3. Mikrometer sekrup, dengan ketelitian ½ x 0,01 mm = 0,005 mm.
B. Ketepatan (Accuracy)
Ketepatan dalam pengukuran adalah kesesuaian hasil pengukuran dengan nilai asli yang sebenarnya. Namun pada faktanya, nilai yang sebenarnya tidak dapat diketahui melainkan hanya ditentukan dengan pendekatan nilai yang dianggap paling benar. Sehingga apabila nilai hasil pengukuran mendekati atau tidak jauh beda dengan nilai sebenarnya maka hasil pengukuran tersebut dianggap memiliki ketepatan (akurasi). Misalkan terdapat sebuah benda yang panjangnya ditetapkan 5,48 cm, selanjutnya dilakukan pengukuran dan didapatkan hasil sebesar 5,47 cm maka bisa dikatakan bahwa pengukuran tersebut telah memiliki ketepatan (akurasi) sebab nilainya tidak jauh dari nilai yang sebenarnya.
C. Kalibrasi Alat (Calibration)
Kalibrasi alat adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran penunjukkan alat ukur dengan cara membandingkannya dengan standar ukur nasional maupun internasional. Misalka saja pada jangka sorong, ketika jangka sorong tersebut tidak sesuai dengan penunjukannya (seperti belum mengukur benda namun telah menunjukkan angka 0,02 cm), maka perlu dikalibrasi ke titik nol. Tujuan dilakukan kalibrasi adalah untuk menjaga kondisi instrumen alat ukur agar sesuai dengan spesifikasinya sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam pengukuran.
D. Kepekaan (Sensitive)
Kepekaan dalam pengukuran adalah kemampuan sebuah alat ukur untuk mendapatkan nilai dengan perbedaan yang relatif kecil. Misalkan saja ketika ingin mengukur suatu benda dan digunakanlah dua alat ukur sebut saja alat ukur A dan B. Alat ukur A mengukur benda dari ujung ke ujung sedangkan alat ukur B mengukur benda tidak dari ujung ke bukan ujung, nah manakah alat yang memiliki kepekaan yang tinggi? Tentu saja jawabannya adalah alat ukur A.
Baca Juga : Jenis-Jenis Kabel Instalasi Listrik
Jadi itulah 4 aspek penting untuk meminimalisir kesalahan dalam pengukuran. Selain empat aspek di atas seberanya ada aspek diluar teknis yang dapat memperngaruhi hasil pengukuran diantaranya adalah, alat ukur yang digunakan, teknik / metode pengukuran, jenis objek yang diukur dan ketelitian dari alat ukur. Sekian dan terima kasih
Post a Comment for "4 Aspek Dalam Mengurangi Kesalahan Pengukuran"